Senin, 01 Mei 2017

Pembangkitan Tegangan Tinggi DC

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI DC


Tugas Mata Kuliah TeknikTegangan Tinggi
Nama     : Andika Pradnya Satriawan
NIM      : 1614122045


Pembangkit Tegangan Tinggi DC

      Pembangkit tegangan tinggi DC umumnya banyak digunakan dalam fisika terapan seperti instrumen dalam bidang nuklir (akselerator, mikroskop elektron), peralatan elektromedik (x-ray), peralatan industri (presipitat dan penyaringan gas buang di pembangkit listrik, industri semen, pengecatan elektrostatik dan pelapisan serbuk) atau eletronika komunikasi (televisi). Kebutuhan bentuk tegangan, tingkat tegangan dan besar arus serta kestabilan dari pembangkit tegangan tinggi tersebut akan berbeda satu aplikasi dengan lainnya.
Tegangan tinggi DC banyak digunakan untuk pengujian dan penelitian susunan isolator dengan kapasitansi fungsi seperti kabel dan kapasitor. Pemanfaatan tegangan tinggi DC banyak dijumpai pada instalasi elektrostatik (penyaring gas buang, peralatan pengecatan), peralatan kedokteran (alat rontgen) dan pada fisika inti (pemercepat muatan). Pada umumnya pembangkitan tegangan tinggi searah dilakukan dengan penyearahan tegangan tinggi bolak-balik melalui dioda Selenium, Germanium dan Silizium. Dioda Selenium memiliki volume yang lebih besar, efisiensi yang rendah dan kapasitas penyaluran arus yang rendah. 
Tegangan tinggi searah banyak digunakan untuk pengujian dan penelitian susunan isolator dengan kapasitansi fungsi seperti pada kabel atau kondensator.Pemanfaatan tegangan tinggi searah dapat dijumpai pada instalasi elektrostatik, pada peralatan kedokteran dan pada fisika inti.
Pada umumnya pembangkitan tegangan tinggi searah dilakukan dengan penyearahan tegangan tinggi bolak balik melalui dioda, kemudian dapat dilipat gandakan tingginya. Sedangkan generator elektrostatis sangan jarang digunakan. sebagai dioda penyearah biasa digunakan bahan selenium, germanium dan silizium. Dioda selenium memiliki volume yang lebih besar, efisiensi yang redah dan kapaita penyaluran arus yang rendah. Akan tetapi dioda sedemikian ini dapat menahan tegangan bolak balik sampai 600 kV tanpa kondensator pengarah tegangan, karena kapasitansi lapisan dioda yang tinggi. Ada beberapa macam rangakaian pelipat ganda tegangan antara lain Vilard, Greincher, Kaskade Greincher. 
Pengukuran tegangan dengan pemakaian pembagi tegangan
Untuk mengukur tegangan arus searah yang tinggi dibutuhkan pembagi tegangan. Alat ini dipakai untuk menurunkan tegangan yang tinggi menjadi tegangan yang rendah sehinga dapat disambungkan ke meter atau CRO. Nilai tegangan ini cukup besar sehingga tidak akan membahayakan alat ukur itu sendiri atau pemakai. Berdasarkan elemen-elemen yang dipakai, pembagi tegangan ini dapat dibedakan menjadi :
1) Pembagi tegangan resistif, berisi elemen tahanan.
2) Pembagi tegangan kapasitif, berisi elemen kapasitor.
3) Pembagi tahanan campuran antara resistor dan kapasitor.
Pengukuran tegangan dengan pemakaian pembagi tegangan
Arus yang digunakan untuk pengukuran ini harus sangat kecil yaitu berkisar 1 mA, dikarenakan batas pembebanan pada sumber tegangan serta pemanasan pada resistor ukur. Akan tetapi arus yang kecil mudah terganggu oleh arus galat berupa arus-arus bocor dalam bahan isolasi dan permukaan isolasi serta berupa peluahan korona. Konstruksi resistor tegangan tinggi dibentuk dengan menhubungkan elemen-elemen resistor secara seri. 
     Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika terapan dan tes instalasi kabel pada aplikasi industri. Unit pembangkit muatan impulse juga memerlukan tegangan tinggi DC sekitar 5 sampai 200 kV. Normalnya tegangan pembangkit sampai 100 kV, penyearah elektronik digunakan dan arus output kira-kira 100 mA. Penyearah membutuhkan konstruksi khusus untuk katoda dan filament selama medan listrik tinggi dari beberapa kV/cm terjadi diantara anoda dan katoda pada periode non-conduction.
    Selain aplikasi diatas, tegangan tinggi DC juga bisa digunakan untuk tujuan lain seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tegangan tinggi DC boleh dibangkitkan dengan menggunakan rangkaian multipliers, multipliers transformer bertingkat, electrostatic generator ( Vande Graaff Generator ) dan kumparan induksi 


Prinsip Tegangan Doubler

      Gambar 2.1 menampilkan skema setengah gelombang tegangan doubler . Pada kenyataannya, doubler yang ditampilkan terbuat dari dua setengah gelombang penyearah tegangan, dimana C1, D1 membuat satu setengah gelombang penyearah dan C2, D2 membuat penyearah yang lainnya.


Gambar 1. Diagram koneksi setengah gelombang tegangan doubler

     Skema dari penyerah setengah gelombang ditunjukkan oleh garis arah panah pada Gambar 2 Sedangkan garis putus-putus mempresentasikan penyearah setengah gelombang yang lain. Catatan bahwa C1dan D1 bekerja seperti penyearah setengah gelombang. Selama siklus positif dari input pada Gambar 2, polaritas yang melalui lilitan sekunder dari transformer ditampilkan. Catatan bahwa puncak dari sekunder adalah negatif. Pada saat itu D1 dibias maju (katoda negatif sama dengan anoda)
Gambar 2 Tegangan doubler pada siklus positif

     Bias maju menyebabkan D1 berfungsi seperti sakelar tertutup, contohnya rangkaian hubung singkat dan mengijinkan arus mengikuti jalur yang ditunjukkan dengan arah panah. Pada saat itu, C1diisi sampai puncak dari tegangan input sebesar 220 volt, dengan polaritas yang ditunjukkan sebagai arah tegangan. Itu artinya bahwa arah tegangan negatif menjadi arah positif. 
     Selama periode ini, ketika siklus masukan adalah negatif, seperti ditampilkan pada Gambar 3, polaritas yang melalui transformer sekunder adalah terbalik. Catatan bahwa puncak dari lilitan sekunder sekarang menjadi positif.
Gambar 3 Tegangan doubler pada siklus negatif

     Pada kondisi sekarang D2 dibias maju dan D1dibias mundur. Sebuah rangkaian seri sekarang terdiri dari C1,D2,C2dan transformer sekunder. Aliran arus ditunjukkan oleh arah panah seperti pada Gambar 3 Tegangan sekunder dari transformer sekarang melalui C1. 
     Hasilnya meningkatnya tegangan 440 volt. Akhirnya efek arah penggandaan tegangan akan menjadi positif ke negatif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3

Prinsip Tegangan Tripling
     Gambar 4 mengilustrasikan setengah gelombang tegangan triplier
Gambar 4 Diagram koneksi setengah gelombang tegangan triplier

     Gambar 5 menampilkan skema siklus positif untuk tegangan triplier. Selama periode siklus positif, polaritas yang melewati lilitan sekunder dari transformer seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5 Catatan bahwa puncak dari secondarynya adalah negatif. Pada saat dioda D3 dibias maju (katoda negatif sama dengan anoda) dan berfungsi seperti saklar tertutup. Dengan ini mengizinkan C3 diisi sampai teganggan puncak 220 volt dan pada saat yang sama C1 juga mengisi 220 volt.
Gambar 5 Tegangan tripler pada siklus positif

      Gambar 6 menampilkan periode ketika siklus masukannya negatif. Disini C2 diisi dua kali dari tegangan input atau 440 volt, sebagai hasil tegangan doubling dari transformer dan C1. Pada saat itu, C2 dan C3 digunakan sebagai perangkat seri dan output tegangan meningkat menjadi 660 volt. R1dan R2adalah berbanding lurus berdasarkan tegangan yang melalui C2dan C3
Gambar 6  Tegangan tripler pada siklus negative


Tegangan Multiplier

     Sementara kita ketahui bahwa fungsi transformer meningkatkan atau menurunkan tegangan. Sedangkan transformer sekunder bisa menyediakan satu atau lebih output tegangan AC yang lebih besar atau kurang dari tegangan input. Ketika tegangan meningkat, arus menurun dan ketika tegangan turun arus meningkat.
    Ada metode lain untuk meningkatkan tegangan yang dikenal dengan tegangan multiplication. Tegangan multiplier umumnya digunakan untuk meningkatkan tegangan tinggi dimana arus yang rendah dibutuhkan. Pengukuran tegangan output dari sebuah tegangan multiplier bisa beberapa kali lebih besar dari tegangan input. Untuk alasan ini, tegangan multiplier digunakan hanya untuk aplikasi yang khusus dimana bebannya adalah konstan dan mempunyai impedansi tinggi atau dimana stabilitas input tegangan tidak mencapai titik kritis. Tegangan multiplier dapat diklasifikasikan seperti tegangan doubler, tripler dan quadrupler. 
     Klasifikasi tersebut tergantung pada ratio dari tegangan output ke tegangan input. Sebagai contoh, sebuah tegangan multiplier yang meningkatkan tegangan puncak input dua kali disebut voltage doubler gambar yang digunakan untuk penjelasan dari voltage multiplier dalam tesis ini menampilkan sebuah transformer input walaupun untuk beberapa aplikasi sebuah transfomer tidak diperlukan. Input dapat secara langsung dari sumber daya atau saluran tegangan. Tentunya ini tidak memisahkan peralatan dari saluran dan menghasilkan kondisi yang berbahaya. Banyak peralatan militer yang menggunakan transformer untuk mengurangi resiko ini


Harmonisa

     Ada dua jenis beban dalam sistem tenaga listrik yaitu beban linier dan beban non linier. Beban yang menghasilkan bentuk gelombang keluaran dengan arus yang mengalir sebanding dengan impedansi dan perubahan tegangan disebut beban linier, dimana gelombang yang dihasilkan bersih dan tidak terdistorsi. Pada kenyataanya tidak semua beban yang terpasang merupakan beban linier melainkan sebagian besar beban yang terpasang merupakan beban non linier. Pada beban non linier , beban tidak lagi menggambarkan bentuk gelombang arus dan tegangan yang proporsional. Pemakaian beban non linier akan menghasilkan bentuk gelombang arus dan tegangan yang tidak sinusoidal. Sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya gelombang terdistorsi yang akan menghasilkan harmonisa. Perbedaan dari dua bentuk gelombang arus dan tegangan dari beban linier dan beban non linier dapat dilihat pada Gambar 7

Gambar 7. Bentuk gelombang arus dan tegangan


Sumber-Sumber Harmonisa

     IEC61000 (Standar Internasional Harmonisa) mengidentifikasi sumber utama dari harmonisa pada sistem tenaga adalah meliputi konverter daya, busur peleburan, statik VAR kompensator, inverters, kendali phasa elektronika daya, cycloconverters, power supply DC dan PWM. 
     Beban non linier umumnya merupakan peralatan elektronik yang di dalamnya banyak terdapat komponen semi konduktor seperti switching power supplies, UPS, komputer, printer, LHE, DC drive, AC drive, welding arc, battery charger, dll. Proses kerja peralatan atau beban non linier ini akan menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak sinusoidal.


Perhitungan Harmonisa

     Harmonisa diproduksi oleh beberapa beban non linier atau alat yang mengakibatkan arus tidak sinusoidal. Untuk menentukan besar Total Distortation Harmonic (THD) dari perumusan analisa deret fourier untuk tegangan dan arus dalam fungsi waktu yaitu


     Tegangan dan arus RMS dari gelombang sinusoidal yaitu nilai puncak gelombang dibagi /2 dan secara deret fourier untuk tegangan dan arus yaitu:

     
     Total Distortion Harmonisa (THD) untuk tegangan THD untuk arus didefinisikan sebagai nilai RMS harmonisa diatas frekuensi fundamental dibagi dengan nilai RMS fundamentalnya, dengan tegangan DC nya diabaikan. Total Distorsi Harmonisa atau Total Harmonic Distortation (THD) tegangan sebagai berikut:

     Dengan mengabaikan tegangan dc (Vo) dan nilai (Vrms) digantikan dengan Vn//2 pada Persamaan (2.5), sehingga THD dapat dituliskan dalam Persamaan berikut:


Total Harmonic Distortion (THD) arus sebagai berikut:


Dengan mengabaikan arus dc (Io) dan nilai Irms digantikan dengan In//2pada Persamaan (2.7), sehingga THD dapat dituliskan dalam Persamaan berikut:



Batasan Harmonisa

     Untuk mengurangi harmoisa pada suatu sistem secara umum tidaklah harus mengeliminasi semua harmonisa yang ada tetapi cukup dengan mereduksi sebagian harmonisa tersebut sehingga diperoleh nilai dibawah standar yang diizinkan. Hal ini berkaitan dengan analisa secara teknis dan ekonomis dimana dalam mereduksi harmonisa secara teknis dibawah standar yang diizinkan sementara dari sisi ekonomis tidak membutuhkan biaya yang besar. Standar sebagai batasan harmonisa adalah yang dikeluarkan oleh International Electrotechnical Commission (IEC) yang mengatur batasan harmonisa pada beban beban kecil satu phasa ataupun tiga phasa. Untuk beban tersebut umumnya digunakan standar IEC 61000-3-2. Hal ini disebabkan karena belum adanya standar baku yang dihasilkan IEEE. 
     

Filter Harmonisa

     Tujuan utama dari filter harmonisa adalah untuk mengurangi amplitudo satu frekuensi tertentu dari sebuah tegangan dan arus. Dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik yang mengandung sumber-sumber harmonisa maka penyebaran arus harmonisa keseluruh jaringan dapat ditekan sekecil mungkin. Selain itu filter harmonisa pada frekuensi fundamental dapat mengkompensasi daya reaktif dan dipergunakan untuk memperbaiki faktor daya sistem. Banyak sekali cara yang digunakan untuk memperbaiki sistem khususnya meredam harmonisa yang sudah dikembangkan saat ini. Secara garis besar ada beberapa cara untuk meredam harmonisa yang ditimbulkan oleh beban non linier yaitu diantaranya:
1. Penggunaan filter pasif pada tempat yang tepat terutama pada daerah yang dekat dengan sumber                   pembangkit harmonisa sehingga arus harmonisa terjerat disumber dan mengurangi penyebaran arusnya.
2. Penggunaan filter aktif.
3. Kombinasi filter aktif dan pasif.
4. Konverter dengan reaktor antar phasa dan lain-lain.
     Disamping sistem diatas dapat bertindak sebagai peredam harmonisa tetapi juga dapat memperbaiki faktor daya yang rendah pada sistem. Jika perbaikan faktor daya langsung dipasang kapasitor terhadap sistem yang mengandung harmonisa, maka akan menyebabkan amplitudo pada harmonisa tertentu akan membesar, proses ini menyebabkan terjadinya resonansi antara kapasitor yang dipasang dengan induktor sistem.
1. Filter pasif
    Filter pasif dipasang pada sistem dengan tujuan utama untuk meredam harmonik dan tujuan lain yaitu untuk memperbaiki faktor daya, berupa komponen L, C yang dapat ditala untuk satu atau dua frekuensi. Filter dengan penalaan tunggal ditala pada salah satu orde harmonisa (biasanya pada orde harmonisa rendah). Dalam beberapa kasus, reaktor saja tidak akan mampu untuk mengurangi distorsi harmonisa arus ke tingkat yang diinginkan. Dalam kasus ini sangat diperlukan filter yang lebih baik
Gambar 8 Filter pasif single tuned

      Filter pasif terdiri dari kapasitor dan induktor Gambar 8 yang dituning pada frekuensi harmonisa tunggal dan mempunyai impedansi sangat rendah. Jika filter harmonik dituning sebagai teknik peredaman harmonisa, maka kita perlu memberikan filter ganda untuk memenuhi batas distorsi yang ditentukan. Saat menggunakan filter harmonisa, selanjutnya kita juga perlu menggambil tindakan pencegahan khusus untuk mencegah interferensi antara filter dan sistem tenaga. Sebuah filter harmonisa dengan impedansi rendah untuk frekuensi harmonisa tentu terlepas dari sumbernya. Oleh karena itu, peredam harmonisa mencoba untuk menyerap semua harmonisa yang mungkin ada dari semua sumber gabungan (beban non linier) pada sistem. Saat filter harmonisa jenis shunt dihubungkan dengan sistem daya, mereka menyebabkan pergeseran frekuensi resonansi alami pada sistem tenaga. Jika frekuensi baru ini di dekat frekuensi harmonisa, maka kemungkinan untuk mengalami suatu kondisi resonansi yang merugikan yang dapat mengakibatkan amplifikasi harmonisa dan kegagalan kapasitor atau induktor.
Gambar 9. Law pass filter harmonic

     Low pass filter harmonisa pada Gambar 9, sebagai penekanan luas harmonisa, menawarkan pendekatan untuk meredam harmonisa. Filter dituning untuk harmonisa tertentu, filter tersebut menyaring semua frekuensi harmonisa termasuk harmonisa ketiga. Filter tersebut terhubung secara seri dengan beban non linier dengan impedansi seri besar tersambung, karena itu mereka tidak membuat masalah sistem resonansi. Tidak perlu dilakukan tuning terhadap low pass filter. Karena ada impedansi seri yang besar. Sebaliknya mereka dipasok ke drive melalui kapasitor filter. Untuk alasan ini, sangat mudah untuk memprediksi tingkat distorsi yang akan dicapai dan untuk menjamin hasilnya. Sebuah low pass filter dapat dengan mudah menawarkan jaminan tingkat harmonisa arus serendah 8% sampai 12%

2. Filter aktif
    Filter aktif adalah filter harmonisa yang terdiri dari komponen-komponen aktif, seperti inveter yang dikontrol secara khusus dan secara aktif dapat mendeteksi komponen arus harmonisa di jaringan. Dengan cara sederhana yaitu menyuntikkan arus harmonisa yang phasanya dibuat berbeda 1800, sehingga saling menghilangkan. Filter aktif juga dapat mengkompensasi faktor daya atau fungsi yang lain. Berbeda dengan filter pasif yang hanya dapat memfilter satu harmonisa pada satu link filter pasif, filter aktif bisa mengkompensasi banyak harmonisa hanya dengan satu link filter aktif. Arus Is yang merupakan arus yang disebabkan oleh beban (beban non linier), dengan menggunakan pendeteksi arus, arus ini dapat dideteksi dan menggunakan transformasi fourier besar dari arus harmonisa diubah kedalam fungsi X(f). Kemudian arus harmonisa ini digeser sebesar 1800 dan dengan menggunakan inverse transformasi fourier dari arus diubah lagi kedalam fungsi x(t) kemudian menggunakan inverter arus diinjeksikan ke dalam jaringan untuk meminimasi atau menghilangkan harmonisa pada sistem.


Merancang Single-Tuned Filter

     Merancang Single Tuned Filter yang terdiri dari hubungan seri komponen-komponen pasif induktor, kapasitor dan tahanan, adalah bagaimana menentukan besarnya komponen-komponen dari filter tersebut . Langkah-langkah rancangan Single Tuned Filter adalah:
a. Tentukan kapasitas kapasitor Qc berdasarkan kebutuhan daya reaktif untuk perbaikan faktor daya.
b. Tentukan Reaktansi Kapasitor
c. Tenukan Kapasitansi dari kapasitor
d. Tenukan Kapasitansi dari kapasitor
e. Tentukan Induktansi dari Induktor
f. Tentukan Induktansi dari Induktor
g. Tentukan Tahanan (R)

Untuk menentukan kebutuhan daya reaktif dapat digambarkan dalam bentuk segitiga daya seperti pada Gambar 10
Gambar 10Vektor segitiga daya dapat menentukan kebutuhan
daya reaktif Q

     Dengan pemasangan kapasitor kebutuhan daya reaktif dapat dihitung untuk memperbaiki faktor daya pada beban. Komponen daya aktif (P) pada dasarnya konstan, daya semu (S) dan daya reaktif (Q) berubah sesuai dengan faktor daya beban.  

Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x tanφ



Faktor Daya

     Faktor daya biasanya disebut juga dengan Power Factor (PF) yang didefinisikan sebagai perbandingan antara daya aktif (P) dan daya semu (S) ini merupakan salah satu indikator baik atau buruknya kualitas daya listrik. Faktor daya biasanya dinyatakan dalam bentuk cos φ
     Pada gelombambang sinusoidal dan non sinusoidal kondisi faktor daya sangatlah berbeda. Pada saat kondisi faktor daya sinusoidal, gelombang tegangan dan arus didalam perhitungannya tidak melibatkan frekuensi harmonisa. Sebaliknya pada saat kondisi non sinusoidal didalam perhitungannya akan melibatkan frekuensi harmonisa pada gelombang tegangan dan arus
1. Faktor daya pada kondisi tanpa harmonisa
     Pada saat kondisi gelombang arus sinusoidal (tanpa harmonisa) maka akan terdapat sudut phasa antara tegangan dan arus. Nilai frekuensi fundamental pada faktor daya dapat dihitung dengan menentukan nilai cosinus dari sudut phasanya atau perbandingan antara daya aktif (P) dan daya semu (S). Pada kondisi ini faktor daya dapat disebut dengan displacement power faktor seperti terlihat pada Gambar 11
Gambar 11 Sudut phasa gelombang tegangan, arus dan vektor segitiga daya

      Displacement Power Factor (DPF) dimana vektor segitiga daya merupakan perbandingan antara daya aktif dan daya semu pada frekuensi fundamental yaitu:


2. Faktor daya pada kondisi harmonisa
      Nilai cosinus dari sudut phasanya tidak dapat didefinisikan sebagai faktor daya pada kondisi gelombang arus non sinusoidal (kondisi harmonisa). True Power Factor merupkan perhitungan faktor daya yang berhubungan dengan jumlah daya aktif pada frekuensi fundamental dan frekuensi harmonisa. True Power Factor merupakan ratio perbandingan total jumlah daya aktif pada semua frekuensi terhadap daya semu ini dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12. Sudut phasa gelombang tegangan dan arus pada kondisi
harmonik

True Power Factor (TPF) adalah ratio perbandingan total jumlah daya aktif pada semua frekuensi terhadap daya semu




Single Tuned Filter

      Single tuned filter adalah salah satu jenis filter pasif yang terdiri dari komponen-komponen pasif seperti Resistansi (R), Induktok (L) dan Capasitor (C) yang dihubungkan secara seri. Gambar 2.13, merupakan skema dari single tuned filter, dimana filter ini paling banyak digunakan dan lebih efisien dalam sistem tenaga listrik industri yang digunakan untuk mengurangi gangguan harmonisa
Gambar 13. Single tuned filter

     Karakteristik single tuned filter akan mempunyai impedansi yang kecil pada frekuensi resonansi, sehingga arus yang frekuensi sama dengan frekuensi resonansi akan dialirkan melalui filter. Pada frekuensi resonansi, filter akan mempunyai impedansi yang sangat kecil, lebih kecil dari impedansi beban atau sama dengan tahanan induktor R, sehingga arus harmonisa dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi akan dialirkan melalui filter dan tidak mengalir ke sistem. Pada dasarnya sebuah single tuned filter dipasang untuk setiap harmonisa yang akan diminimalkan. 
     Besarnya reaktansi (L atau C) bisa ditentukan oleh Quality Factor (Q). Dimana secara matematis Q adalah perbandingan nilai reaktansi induktif atau reaktansi kapasitif pada frekuensi resonansi dengan tahanan R. Jika nilai Q yang dipilih besar maka nilai R kecil dan kualitas filter semakin bagus karena energi yang dipakai oleh filter semakin kecil yang artinya rugi- rugi panas filter kecil dan nilai Quality Factor berkisar antara 30 < Q < 100
      Pada dasarnya sebuah single tuned filter dipasang untuk setiap harmonisa yang akan diminimalkan. Karakteristik single tuned filter akan mempunyai impedansi yang kecil pada frekuensi resonansi, sehingga arus yang frekuensi sama dengan frekuensi resonansi akan dialirkan melalui filter. Besarnya reaktansi (L atau C) bisa ditentukan oleh Quality Factor (Q). Dimana secara matematis Q adalah perbandingan nilai reaktansi induktif atau reaktansi kapasitif pada frekuensi resonansi dengan tahananR.



Terima Kasih....

Sumber:
http://nabilazisputri.blogspot.co.id/2015/05/pembangkitan-tegangan-tinggi-ac-dan-dc.html
repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/57891/Chapter%20II.pdf?...
repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/57891/Chapter%20II.pdf?...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembangkitan Tegangan Tinggi DC

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI DC Tugas Mata Kuliah TeknikTegangan Tinggi Nama     : Andika Pradnya Satriawan NIM      : 1614122045...